.png "PCM CEPU")
Pada pengajian rutin bulanan Pimpinan Ranting Muhammadiyah Balun Srikaton yang digelar di Masjid TK ABA 1 Cepu pada 18 Agustus 2025 lalu, Drs. Mokh Fathoni, M. M. mengajak jamaah untuk merenungi kembali makna kemerdekaan.
Kajian dimulai dengan sebuah pertanyaan sederhana namun sarat makna: “Merdeka, apakah berarti bebas?” Pertanyaan ini mengajak jamaah untuk berpikir bahwa kemerdekaan tidak sesederhana kebebasan tanpa batas.
Menurut Fathoni, merdeka sejati bukanlah melakukan apa yang diinginkan hati. Ia mengutip pandangan Imam Maududi bahwa kemerdekaan sejati adalah kemampuan untuk melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
Dengan penekanan itu, Fathoni menegaskan bahwa kebebasan individu selalu memiliki batas. Selama masih ada orang lain yang terganggu atau dirugikan, suatu komunitas tidak dapat disebut merdeka sepenuhnya. Kemerdekaan justru harus mampu menyeimbangkan hak pribadi dengan hak orang lain.
Untuk memperkuat pesannya, Fathoni mengingatkan teladan para pahlawan kemerdekaan. Mereka rela bertaruh nyawa dan harta demi perjuangan. Dalam hal ini, pengorbanan tersebut tidak hanya demi bangsa, tetapi juga merupakan wujud ketaatan kepada Allah dalam berjihad dan berjuang. Dari teladan itu, jamaah diajak merenungi bahwa kemerdekaan hakiki bukan sekadar bebas, melainkan juga menghadirkan rasa aman, nyaman, dan tenteram bagi masyarakat.
Di sisi lain, Fathoni juga menegaskan bahwa kemunafikan adalah bentuk ketidakmerdekaan. Kemunafikan, menurutnya, pasti menimbulkan kerugian bagi orang lain dan tidak akan pernah mampu menciptakan ketenteraman. Karena itulah, kemunafikan bertentangan langsung dengan konsep kemerdekaan.
Dalam pengajian tersebut, Fathoni mengingatkan bahwa kemerdekaan memiliki relevansi dengan ketaqwaan dan kehidupan bersosial sekaligus, sebagaimana perintah Allah untuk mewujudkan ruang hidup bersama yang aman, nyaman, dan tenteram.
*Dirangkum oleh tim Majelis Tabligh dan Pendidikan Pimpinan Ranting Muhammadiyah Balun Srikaton
.jpeg)
.jpeg)
0Comments